Muhamad Arfian, (NIM. 5011411038) (2020) Tren piercing pada pemuda etnis tionghoa di kota Pangkal Pinang. skripsi thesis, Universitas Bangka Belitung.
Preview |
Text
HALAMAN DEPAN.pdf Download (1MB) | Preview |
Preview |
Text
BAB I.pdf Download (860kB) | Preview |
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (673kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (850kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (878kB) |
|
Preview |
Text
BAB V.pdf Download (607kB) | Preview |
Preview |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (639kB) | Preview |
Abstract
Piercing merupakan tindakan memasang suatu benda kebagian tubuh yang memiliki diameter lubang 7-11 mm, hal ini dapat berupa logam, besi, kayu, maupun tulang. Piercing banyak digunakan oleh anak punk yang memiliki simbol perlawanan terhadap pemerintah dengan cara membuat piercing pada tubuh mereka. Masyarakat Bangka Belitung masing asing dengan trend piercing dan masih dianggap suatu hal yang negatif bagi kehidupan sosial, hal ini dikarenakan seorang laki-laki tidak boleh menggunakan tindik pada tubuhnya, piercing dulunya digunakan oleh preman-preman yang sering berbuat onar, karena hal tersebut membuat masyarakat trauma dan beranggapan bahwa pengguna piercing adalah orang yang menakutkan dan sering membuat onar. Seiring berkembangnya zaman membuat piercing digemari oleh sebagian masyarakat, salah satunya pemuda Etnis Tionghoa di Kota Pangkalpinang.Dengan melihat Etnis Tionghoa yang merupakan Etnis kedua terbesar setelah Etnis Melayu di Bangka Belitung membuat mereka secara tidak langsung mengikuti tren piercing tresebut. Akan tetapi masyarakat mengenal pemuda Etnis Tionghoa merupakan Pemuda yang rapi dan tidak suka berpenampilan nyeleneh apalagi mengubah bentuk tubuh menjadi sedikit Ekstrim, akan tetapi di kota Pangkalpinang terdapat pemuda Etnis Tionghoa yang menggunakan piercing dan masyarakat jarang sekali melihat mereka. piercing yang mereka gunakan memiliki simbol yang banyak orang tidak mengetahui hal tersebut dan orang hanya mengetahui mereka adalah orang yang nakal.Teori interaksionalisme simbolik George Herbert Mead mengatakan bahwa Interaksionalisme simbolik memiliki tiga premis utama.Pertama mind, self and society.Menurut Mead keseluruhan sosial mendahului pemikiran individual, baik secara logika maupun secara temporer.Individu yang berfikir dan sadar diri adalah mustahil secara logika menurut teori Mead tanpa didahului adanya kelompok sosial.Kelompok sosial muncul lebih dulu dan kelompok sosial menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri. Dalam hal ini Mead menyatakan bahwa makna dan simbol didahului oleh kelompok sosial yang kompleks dan tanpa adanya kelompok sosial pikiran tidak akan terbentuk.
Item Type: | Thesis (skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | tren piercing, kota pangkalpinang, pemuda etnis tionghoa, simbol. |
Subjects: | H Ilmu Sosial > HN Sejarah dan Kondisi Sosial. Masalah Sosial. Reformasi Sosial |
Divisions: | SKRIPSI > Fakultas Ilmu Sosial dan Politik > Sosiologi |
Depositing User: | Users 149 not found. |
Date Deposited: | 14 Apr 2020 07:42 |
Last Modified: | 14 Apr 2020 07:42 |
URI: | https://repository.ubb.ac.id/id/eprint/3353 |
Actions (login required)
View Item |